Para rescuer mempersiapkan diri ketika akan menjalankan proses evakuasi kemarin pagi. (ale)
TENGGARONG – Penyelaman pada pagi hari untuk melakukan evakuasi korban yang terjebak dalam mobil dinilai adalah waktu yang paling tepat. Pasalnya pada saat itu kecepatan arus air Sungai Mahakam ternyata sangat lambat jika dibandingkan dengan siang dan seore harinya.
Seperti yang dikatakan Kapolda Kaltim Irjen Pol Bambang Widyatmo pada saat memberikan keterangan pers terhada sejumah wartawan di Posko Tim Pengendali Operasi, saat sebelum proses evakuasi dihentikan pasca bergesernya pilon (pilar utama, Red.) ternyata kecepatan arus saat itu hanya sekitar 0,6 knot saja. Dengan kecepatan tersebut, menurut bambang merupakan aktu yang ideal untuk melaukan penyelaman
“Pada pagi ini mendukung, arus cukup bersahabat 0,6 (knot) untuk melakukan evakuasi, kemarin (lusa) siang tidak dilakukan karena arusnya mencapainya 2,6 knot pada kedalaman 18 (meter), apalagi pada kedalaman lebih dalam lagi sudah mencapai 2,6 knot,” jelas Bambang. Pada kedalaman 5 meter saja Rabu lalu itu sudah mencapai 1,5 knot sedangkan pada kedalaman 18 sederas 2,6 knot. “Kalau 2,6 (knot) kita seperti superman didalam air,” ujarnya singkat.
Dilanjutkannya, faktor cuaca juga mempengaruhi derasnya arus ini. Kalau saja daerah hulu Sungai Mahakam terjadi hujan deras, maka arus pun semakin deras dan dipastikan akan mempersulit proses evakusi. “Tadi cuaca tampak berubah, tergantung dari hulunya, jika terjadi hujan deras arus pun tambah kuat lagi,” tegasnya.
Sebelumnya, sejak pukul 07.00 wita tim sudah menjalankan proses evakuasi. Terlihat beberapa penyelam yang dibagi dalam beberapa tim menggunkan perahu karet menuju spot-spot yang telah ditentukan untuk melakukan penyelaman. Tidak hanya itu saja, Kabag Opslat Basarnas Sunarbowo Sandi, Kapolda Kaltim Irjen Pol Bambang W dan Kapolres Kukar AKBP I Gusti Kade Budhi Haryarsana turut serta dengan menggunakan Kapal Polair.
Tampak juga sebuah kapal menarik sebuah ponton yang sebelumya ditambat ketengah lokasi. Ponton tersebut langsung merapat terhadap kapal pengangkut yang membawa dua buah crane dimana sejak kemarin sudah disiapkan dilokasi tersebut. Sementra tiga crane lainnya disiapkan untuk sewaktu-waktu membeck up proses evakuasi. Menurut rencana, penyelaman pagi ini dimaksudkan untuk mengikatkan tali slang ke salah satu bagian mobil. Ketika berhasil diangkat keatas permukaan sungai, mobil tersebut ditaruh diatas ponton yang disiapkan tersebut, kemudian tim mengevakuasi korban dengna mengeluarkan mayat yang tersangkut dalam mobil tersebut. Setelah itu mayat pun diantar ke posko yang kemudian untuk dibawa ke RSUD Parikesit Tenggarong untuk diidentivikasi.
Setelah itu, sekitar pukul 08.45 wita tiba-tiba semua yang berada dilokasi dikejutkan dengan sebuah dentuman keras seperti suara patahan yang berasal dari sisa reruntuhan jembatan. Sontak semua pihak yang berada terdekat dengan jembatan terperanjat dan menjauhi jembatan. Begitu pun dengan para penyelam yang menjalankan proses evakuasi, mereka diminta untuk sementara untuk kembali kepermukan sungai. Kemudian Bambang pun menetapkan proses evakuasi dihentikan sementara. (ale)
Tinggalkan Balasan